❤️
Ia cerminan jiwa anak yang membesar dalam sunyi, belajar hidup tanpa belaian kasih.
Bukan dimarahi, tapi juga tak pernah disapa. Tak pernah ditanya khabar, tak pernah dirindui. Hatinya bagai bayang-bayang, wujud tapi tak pernah dilihat, ada tapi tak pernah dirasa.
Dia bukan anak yang derhaka.
Dia hanya… hanyut dalam sepi di rumah sendiri. Seperti tetamu yang tak diundang, seperti angin yang tak dikesan.
Bila dia menjulang kejayaan, tiada sorak menyambut. Bila dia terluka, tiada tangan yang memeluk. Bila dia menangis, hanya dinding yang mendengar. Dan bila semua orang berlalu pergi, dialah yang masih berdiri… seorang diri, setia menanti harapan yang tak kunjung tiba.
“Mak minta maaf… mak ingat Alif tak perlukan kasih sayang.”
Satu ayat yang dia rindukan sepanjang hayat. Ayat yang mungkin juga ditunggu oleh ramai jiwa-jiwa yang kelaparan kasih.
Ayat yang hadir terlambat, saat hati sudah retak, saat jiwa sudah letih menanti.
SALAM KEMERDEKAAN MALAYSIA !!
Mak, ayah…
Hargailah permata yang Allah titipkan dalam pelukan kita. Jangan biarkan mereka belajar hidup tanpa kita, sedangkan mereka lahir untuk disayangi, untuk diselami jiwanya.
Di luar sana, ada hati yang merintih setiap malam, memohon sekadar seorang anak untuk dicintai.
Tapi kita?
Yang sudah dikurniakan amanah suci itu…
Kadang kita lupa, kita buta.
Diam mereka bukan tanda kuat,
tapi tanda luka yang mereka pendam dalam senyap.
INGAT
“Bukan semua anak yang diam itu teguh.
Ada yang sudah lama belajar menelan air mata… dan memeluk luka… dalam kelam sepi.”
❤️
Dear [ U ],
I wish to emphasize the importance of maintaining authenticity and honesty in relationships. When you approach a partner with genuine transparency, the potential for mutual support and commitment becomes boundless. A person who truly loves you will embrace your imperfections, navigate your challenges, and remain steadfastly devoted to your shared journey.
Sincerely,
[ I ]
0 Comments